Minggu, 12 Februari 2017

Hadist Arba'in Nawawi ke-15: Adab-adab Islam

Hadits ke- 15


عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ قَالَ : مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ , وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِر فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ , وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِر فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ (رواه البخاري ومسلم)

Artinya:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaknya ia berbicara baik atau diam, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaknya ia menghormati tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaknya ia memuliakan tamunya”. [HR Al-Bukhari dan Muslim]

Penjelasan:

Hadits di atas menjelaskan bahwa barangsiapa mengaku beriman dengan keimanan sempurna kepada Allah dan Hari Akhir, maka dia harus berbicara baik untuk menyampaikan kebaikan atau diam jika hal yang akan dibicarakan itu mendatangkan kemudaratan, memulikan tetangga dan tamu. Orang yang beriman kepada Allah SWT pasti akan melakukan apa yang diperintahkan Allah SWT, dan menjauhi segala larangan-Nya. Adab-adab yang diajarkan dalam hadits di atas, menunjukkan bahwa kesempurnaan iman seseorang yang berhubungan dengan adab sopan santun dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat. 

MENJAGA LISAN 

Sungguh Islam mengajarkan akhlak mulia yang menumbuhkan rasa kasih sayang diantara manusia. Setiap muslim wajib menjaga lisannya dengan sebaik-baiknya. Lisan hanya digunakan untuk berbicara yang baik, menyampaikan sesuatu demi kebaikan dan kemaslahatan masyarakat. Sebaliknya, Setiap muslim dilarang menggunakan lisannya untuk berbicara atau menyampaikan sesuatu yang dapat mendatangkan kemudaratan. Apabila sesuatu yang akan diperbincangakan itu tidak ada manfaatnya, maka lebih baik diam. Karena diam dapat menjaga keselamatan dan berlebih-lebihan dalam pembicaraan akan mendatangkan kehancuran. Islam sangat menjaga agar seorang muslim berbicara apa yang bermanfaat dan mencegah perkataan yang diharamkan dalam setiap kondisi, tidak memperbanyak pembicaraan yang diperbolehkan, karena hal tersebut dapat menyeret kepada perbuatan yang diharamkan atau yang makruh. 

MENGHORMATI TETANGGA 

Adab untuk menghormati tetangga termasuk kesempurnaan iman seorang muslim. seorang muslim harus memuliakan, memperhatikan dan membantu tetangga dalam hal kebaikan dan tidak boleh menyakitinya. Wajib berbicara saat dibutuhkan, khususnya jika bertujuan menerangkan yang haq dan beramar ma’ruf nahi munkar. Karena berbicara untuk menerangkan yang haq itu lebih baik daripada diam sebagaimana hadits di atas Rasulullah SAW mendahulukan "perkataan yang baik" daripada "diam". 

MEMULIAKAN TAMU 

Memuliakan tamu termasuk di antara kemuliaan akhlak dan pertanda komitmennya terhadap syariat Islam.  Hadist di atas menganjurkan untuk mempergauli orang lain dengan baik. Menghormati tamu itu suatu ibadah yang tidak memandang apakah tamunya seorang kaya atau miskin. 


شَرُّ الطَّعَامِ طَعَامُ الْوَلِيمَةِ يُدْعَى لَهَا الأَغْنِيَاءُ ، وَيُتْرَكُ الْفُقَرَاءُ

“Sejelek-jelek makanan adalah makanan walimah di mana orang-orang kayanya diundang dan orang-orang miskinnya ditinggalkan.” (HR. Bukhari Muslim)

Siapapun tamunya harus diperlakukan sama tanpa membeda-bedakannya.  Penghormatan tamu itu bisa berupa penyambutan dengan wajah berseri-seri, perkataan yang baik, dan memberikan makanan.